Judul
Buku : Ki Hajar Dewantara Pendidik Bangsa yang Merakyat
Penulis
: Wahjudi Djaja
Penerbit
: Cempaka Putih
Tahun
Terbit : 2018
Jumlah
Halaman : 52 halaman
Isi
Review Buku :
“Siapa yang tak kenal sosok yang satu ini, beliau
merupakan pahlawan nasional yang dinobatkan pada tahun 1959 atas dedikasi dalam
bidang pendidikan di negeri ini. Dalam buku ini menceritakan perjuangan nya
dalam bidang pendidikan bangsa ini, serta dasar perjuangan tersebut untuk
menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik lagi serta dapat bersaing dengan
bangsa-bangsa lain.
Perjuangan yang di lakukan oleh Suwardi Suryoningrat atau
lebih dikenal Ki Hajar Dewantara ini untuk terbebasnya bangsa indonesia dari penjajahan
kolonial belanda. Suwardi Suryoningrat merupakan bangsawan Yogyakarta yang
masih keturunan Sultan Hamengku Buwono II. Beliau dari keturunan bangsawan
sehingga dapat mengenyam pendidikan yang sulit di dapatkan oleh masyarakat pada
umumnya. Beliau juga sempat mengenyam pendidikan guru mengambil Akta Guru Eropa
di Belanda. Di Belanda inilah Suwardi berkenalan dengan tokoh-tokoh pendidikan
seperti Friedrich Frobel, Maria Montessori, dan Rabindranath Tagore. Dari
berkenalan dengan tokoh-tokoh pendidikan tersebut Suwardi menerapkan pendidikan
yang Humanis Tertib sebagai antimeanstream dari pendidikan yang diterapkan oleh
kolonial pada saat itu serta pendidikan Humanis Tertib sangat cocok dengan
karakter Bangsa Indonesia.
Pandangan perjuangan Suwardi yang menginginkan kesetaraan
Sosial dan Politik bagi bangsa Indonesia, mengambil jalan perjuangan melalui
pendidikan karena menurut-Nya dengan Pendidikan bangsa Indonesia bisa mencapai
kesetaraan sosial dan politik tersebut dimata bangsa lain. Maka Suwardi bersama
Istrinya Sutartinah mendirikan Taman Siswa dengan Penerapan Sistem Among
(Menjaga, Membina dan Mendidik Anak dengan Kasih Sayang). Mengetahui maksud
berdirinya sekolah Taman Siswa ini maka Belanda mengambil kebijakan penutupan
Sekolah Liar (Sekolah yang tidak berdasarkan kurikulum belanda). Suwardi
mengirim telegram ke Gubenur Hindia Belanda dnegan menyatakan melawan
sekuat-kuatnya dan selama-lamanya dengan cara diam. Cara diam ini merupakan
perlawanan dengan menanamkan ideologi bangsa dalam sistem pendidikan, tidak
melawan seacara fisik tetapi dengan penguatan ideologi bangsa. Akhirnya
kebijakan sekolah liar ini dicabut pada tahuan 1934.
Pada masa kemerdekaan Suwardi diangkat menjadi Menteri
Pendidikan pertama kali yang menekankan pada masa jabatan beliau ini untuk
mengubah pendidikan kolonial menjadi pendidikan kebangsaan.”
#One Month One Book
No comments:
Post a Comment