Search This Blog

Friday, August 7, 2020

Review Buku "Ki Hajar Dewantara Pendidik Bangsa yang Merakyat"

 

Reviewer : Syarif Faisal

Judul Buku : Ki Hajar Dewantara Pendidik Bangsa yang Merakyat

Penulis : Wahjudi Djaja

Penerbit : Cempaka Putih

Tahun Terbit : 2018

Jumlah Halaman : 52 halaman

Tanggal Review : 26 Mei 2020


Isi Review Buku :

“Siapa yang tak kenal sosok yang satu ini, beliau merupakan pahlawan nasional yang dinobatkan pada tahun 1959 atas dedikasi dalam bidang pendidikan di negeri ini. Dalam buku ini menceritakan perjuangan nya dalam bidang pendidikan bangsa ini, serta dasar perjuangan tersebut untuk menjadikan bangsa ini menjadi lebih baik lagi serta dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain.

Perjuangan yang di lakukan oleh Suwardi Suryoningrat atau lebih dikenal Ki Hajar Dewantara ini untuk terbebasnya bangsa indonesia dari penjajahan kolonial belanda. Suwardi Suryoningrat merupakan bangsawan Yogyakarta yang masih keturunan Sultan Hamengku Buwono II. Beliau dari keturunan bangsawan sehingga dapat mengenyam pendidikan yang sulit di dapatkan oleh masyarakat pada umumnya. Beliau juga sempat mengenyam pendidikan guru mengambil Akta Guru Eropa di Belanda. Di Belanda inilah Suwardi berkenalan dengan tokoh-tokoh pendidikan seperti Friedrich Frobel, Maria Montessori, dan Rabindranath Tagore. Dari berkenalan dengan tokoh-tokoh pendidikan tersebut Suwardi menerapkan pendidikan yang Humanis Tertib sebagai antimeanstream dari pendidikan yang diterapkan oleh kolonial pada saat itu serta pendidikan Humanis Tertib sangat cocok dengan karakter Bangsa Indonesia.

Pandangan perjuangan Suwardi yang menginginkan kesetaraan Sosial dan Politik bagi bangsa Indonesia, mengambil jalan perjuangan melalui pendidikan karena menurut-Nya dengan Pendidikan bangsa Indonesia bisa mencapai kesetaraan sosial dan politik tersebut dimata bangsa lain. Maka Suwardi bersama Istrinya Sutartinah mendirikan Taman Siswa dengan Penerapan Sistem Among (Menjaga, Membina dan Mendidik Anak dengan Kasih Sayang). Mengetahui maksud berdirinya sekolah Taman Siswa ini maka Belanda mengambil kebijakan penutupan Sekolah Liar (Sekolah yang tidak berdasarkan kurikulum belanda). Suwardi mengirim telegram ke Gubenur Hindia Belanda dnegan menyatakan melawan sekuat-kuatnya dan selama-lamanya dengan cara diam. Cara diam ini merupakan perlawanan dengan menanamkan ideologi bangsa dalam sistem pendidikan, tidak melawan seacara fisik tetapi dengan penguatan ideologi bangsa. Akhirnya kebijakan sekolah liar ini dicabut pada tahuan 1934.

Pada masa kemerdekaan Suwardi diangkat menjadi Menteri Pendidikan pertama kali yang menekankan pada masa jabatan beliau ini untuk mengubah pendidikan kolonial menjadi pendidikan kebangsaan.”

#Read Review Share
#One Month One Book

No comments:

Post a Comment